Selasa, 17 September 2019

Gottmörder 1 - BAB 1 Titik Awal



"-baiklah, mungkin hanya itu saja yang bisa saya sampaikan, semoga kalian bisa mencapai apa yang kalian inginkan. Saya ucapkan sekali lagi, selamat pada kalian yang telah lulus dari Akademi Raizen ini."

Kata-kata penutup disambut oleh tepuk tangan seluruh siswa didalam aula.
Setelah penutup pidato pelepasan siswa tingkat 3, kepala sekolah turun dari panggung dan para siswa mulai berpelukan satu sama lain.

"Semoga kita bertemu lagi." , "Aku bakalan rindu dengan kalian-" , "jangan lupa untuk terua mengirim email-". Itulah yang sedang dikatakan oleh para siswa yang lulus, mereka memiliki suasana hati yang berbeda-beda.

Mungkin ada di beberapa dari mereka yang tidak akan bertemu kembali, mereka mulai menceritakan apa yang telah mereka alami bersama selama tiga tahun ini.

Sebuah perpisahan memang menjadi suatu momen atau hal yang menyedihkan, tapi itu adalah suatu sistem dari alam sendiri, pernahkah kalian mendengar sebuah pepatah 'Dimana ada pertemuan, disitu ada perpisahan' dan sekarang adalah kondisi dimana perpisahan bagi sebagian orang.

Saat ini Pascal juga menjadi salah satu dari para siswa tersebut, dan dia juga ikut merasakan apa yang mereka rasakan.

Hari ini adalah acara kelulusan untuk Pascal di Akademi Raizen. Seusai ia mengikuti upacara kelulusan yang dilakukan disekolah, berbicara dengan teman-teman dan kouhainya sebelum pulang, saat ini ia sedang dalam berjalanan menuju rumah keluarga Kusanagi.

Angin musim semi yang berhembus menerpa wajahnya terasa sangat segar, ia benar-benar menikmati dengan suasana ini, aroma dari bunga sakura. Sambil menghirup udara ia bersyukur bahwa ia bisa lulus dari akademi dengan nilai yang cukup bagus, walaupun itu cukup sedih mengingat bahwa ia akan berpisah dengan teman - temannya karena akan memasuki Akademi Divisi SMA yang berbeda.

"... Bukan berarti kami akan putus kontak. Aku harap liburan musim semi nanti banyak hal yang menyenangkan."

Karena Pascal baru saja lulus dari tingkat SMP, ia akan bebas selama beberapa minggu sebelum masuk Ke tingkat SMA. Walaupun begitu  ia juga harus melakukan persiapan ujian masuk sekolah nanti, meskipun sekolah yang ingin ia masuki nanti bukanlah sekolah unggulan, tapi tetap ia perlu nilai yang cukup untuk masuk ke sekolah itu.

Setelah sampai dirumah keluarga Kusanagi, Pascal segera menuju kamarnya di lantai dua.
Saat ini tidak ada siapapun dirumahnya. Di jam-jam seperti ini, rumah keluarga Kusanagi memang selalu sepi kecuali ada momen tertentu, karena memang penghuni rumah ini memiliki kesibukan yang tidak normal. terutama orang tua dan kakeknya.

"Apa yang harus aku katakan pada mereka?"

Pascal bergumam pelan saat melihat almamater miliknya. Almamater hitam dengan kancing emas -- Ya, seharusnya ada tiga kancing pada almamaternya ini, namun sekarang tidak ada, itulah yang membuatnya berbicara sendiri.

Sebelum berangkat ke sekolah, salah satu adiknya mengatakan "Pascal-nii, tolong berikan kancing almamater milikmu nanti, aku tahun depan ingin segera lulus-" dengan frasa yang sedikit memaksa.
Di jepang ada sebuah tradisi --  atau mungkin lebih tepat jika disebut dengan kebiasaan yang dilakukan anak-anak sekolah.

Biasanya ketika senpai atau ada angkatan yang akan lulus, pada saat upacara penutupan sekolah, para senpai akan dimintai kancing almamaternya oleh para juniornya, dengan harapan bahwa mereka juga bisa lulus tepat waktu seperti para senpai-nya dan untuk kenang-kenangan juga.

Walaupun Pascal tidak mempercayai hal itu, ia tidak bisa menolak dimana para juniornya meminta kancing almamaternya saat disekolah tadi, memengingat banyak sekali juniornya yang memintanya kancingnya padahal kancing almamaternya hanya tiga buah saja.

"Aku pulang!"

Mendengar suara adiknya Pascal membalasnya dari lantai atas. Sesudah berganti pakaian, Pascal turun kelantai bawah.

Dia melihat adiknya, Kusanagi Mana.

Surai rambut hitam dan pupil mata berwarna biru seperti kakaknya, biasanya ia akan menguncir rambutnya ekor kuda tapi karena ia sedang tidur rambutnya dibiarkan tergerai.

Melihat wajah lucu adiknya ia tidak bisa tidak tersenyum, tapi Pascal segera cemberut melihat sekitar sofa. Dia melihat seragam sekolah adiknya yang tergeletak dilantai begitu saja dan tas yang di letakan sembarangan.

Hanya memakai kamisol di bagian atas dan celana pendek ketat di bagian bawahnya, dia tertidur dengan posisi yang tidak seperti seorang gadis.

Ya ampun, gadis ini-

Bergumam melihat kelakuan adiknya yang langsung tidur seperti itu, Pascal segera menghampiri adiknya.

"Hey jangan tidur disini, cepat pindah ke kamarmu Mana."

Sambil membangunkannya perlahan, ia juga mengusap kepala adiknya dengan lembut, setelah beberapa saat adiknya merespon:

"Uh Pascal-nii sudah dirumah..?"

"Bukankah tadi aku sempat menjawab? Sekarang bangunlah, jangan tidur disini, tidurlah di kamar dan ganti bajumu- Hey jangan bersuara aneh seperti itu!"

Pada saat ia mencoba untuk menggoyangkan tubuh adiknya agar bangun, tiba-tiba Mana mengeluarkan suara mengerang yang dibuat-buat.

Pascal tidak bisa untuk tidak memperotes tindakan adiknya tersebut.

Setelah Pascal mengatakan itu, secara mengejutkan Mana membuka matanya perlahan dan mengalungkan kedua lengan di leher Pascal, karena posisi Pascal berlutut di dekat sofa, jadi Mana dapat menjangkaunya dengan mudah.

Wajahnya yang bersemu merah sangat lucu pada saat ia bangun tidur.

"Pascal-nii, ini tidak boleh. Kita saudara jadi aku tidak bisa ... Ta-tapi jika Pascal-nii memaksa, aku-aku tidak punya pilihan lain ..."

"Ya, ya cepatlah bangun, kamu nanti masuk angin kalau tidur di sof, -emm!?"

Karena Pascal tidak menghiraukannya, Mana menarik Pascal mencoba mencium bibirnya -

"O-oi!" Secara reflek Pascal mengangkat tangannya untuk menahan kemajuan Mana yang tiba-tiba.

"Ehh, tidak asik..."

Dengan tatapan kecewa Mana menjulurkan lidahnya mengejek Pascal.

"Apanya yang tidak asik... Sebelum menggoda kakakmu, kamu harus mandi, keringatmu- guooh..?!!"

Sebelum Pascal menyelesaikan kalimatnya, ia merasakan hantaman keras mengenai perutnya, membuatnya melangkah mundur menjauh dari adiknya.

Melihat ke arah Mana, ia menemukan gadis itu sedang mengepalkan tangannya dengan wajah yang kesal. Meski kepalan tangannya kecil seperti gadis umumnya, namun pukulan yang dia lancarkan tidak diragukan lagi sangat kuat, dia benar-benar mengerahkan tenaganya.

"Maafkan aku Pascal-nii, tanganku bergerak sendiri ~ Tadi kamu mau ngomong apa ~?"

Meskipun dia meminta maaf, sikap yang dia tunjukan benar-benar berbanding terbalik. Kepalan tangannya bahkan semakin kuat.

"T-tidak, bukan apa-apa-" Pascal membuat wajah masam, ".. Ah, aku  harus segera menyiapkan makan siang..!"

Pascal segera mengalihkan pembicaraan lalu kabur meninggalkan Mana pergi ke dapur.

Kalau ia tetap berada di sana, tidak peduli bagaimana ia mencoba mengalihkan pembicaraan, Mana akan tetap dalam mood yang buruk.

Ini bukan pertama kalinya Mana menggodanya, karena itulah Pascal bisa segera mencegah adiknya itu. Suatu hari pernah ketika Mana berhasil menciumnya, pada saat itu kakeknya tiba-tiba datang dan melihat mereka berdua, walaupun itu hanya ciuman sekilas, itu tidak membuat situasinya menjadi jelas dimata orang lain.

Ketika itu kakeknya hanya tersenyum dan mengingatkan tentang makan malam, meski tidak mengatakan apapun lagi, sebagai seorang kakak pertama ia merasa sangat malu pada kakeknya sejak saat itu.

Sebelumnya juga ia sudah bertanya pada Mana tentang mengapa dia melakukan ini, lalu Mana menjawab ;

"Ini adalah salam dan bukti kasih sayang antara saudara.. Hubungan saudara tidak sedangkal percintaan antara kekasih yang hanya timbul karena ketertarikan fisik-"

Pascal tidak mengerti perbandingan percintaan antara kekasih yang dia katakan, dan ia juga belum pernah kalau sepasang saudara akan bertukar salam melalui ciuman.

Mana menjelaskan kalau di luar negeri salam seperti itu adalah hal yang wajar dan terus membuat alasan yang tidak masuk akal. Walaupun Pascal sudah mengatakan kalau keluarga mereka adalah orang Jepang dan memiliki budaya ke-timuran yang berbeda dengan budaya barat, akan tetapi Mana segera membantahnya dengan alasan keluarga Kusanagi tidak bisa mengkesampingkan fakta bahwa mereka memang memiliki darah campuran sejak kakek buyut mereka.

Menggeleng sedih, Pascal segera memasuki dapur untuk menyiapkan makan siang.

kamar Kusanagi bersaudara berada di lantai dua, dan yang tinggal dirumah ini hanya ada empat orang ; Kusanagi Pascal, dua Adiknya dan Kakek mereka Kusanagi Ichirou, orang tua mereka jarang untuk ada dirumah karena pekerjaan, tapi pada saat ini kakek mereka juga sedang tidak ada dirumah.

"Nah sekarang, apa yang akan kubuat?"

Sambil melihat bahan ia bergumam, memikirkan apa yang akan ia buat.

Mengumpulkan bahan dari kulkas, ia mengeluarkan daging ayam fillet, tepung, telur, sayuran, daun bawang.  Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya dia sudah memutuskan apa yang akan dibuatnya, dan segera setelah itu ia mulai memasak.

Pascal tidak bisa membuat makanan yang terlalu rumit, jadi ia hanya membuat yang menurutnya mudah, lagipula ia juga tidak cukup percaya diri  dalam hal memasak, ia memutuskan untuk memasak chicken Yakiniku dan miso serta telur rebus.

Setelah memakan waktu yang cukup lama, masakan yang mengandalkan imajinasi dalam membuatnya akhirnya selesai.

"Aku Pulang!"

Merasakan sebuah Dejavu terjadi, Pascal mengalihkan tatapannya kebelakang dan menyambut, adiknya yang lain.

Kusanagi Kotori.

Adiknya yang lain, namun berbeda dengan Mana, rambut Kotori diikat twintail. Tidak seperti Pascal dan Mana yang memiliki pupil mata berwarna biru, dia memiliki pupil mata berwarna hitam, sama seperti orang Jepang umumnya,

Perbedaan yang terjadi pada Kusanagi bersaudara bukan karena masalah perbedaan gen yang diwariskan, alasannya karena Kotori bukan saudara sedarah dengan keduanya.

Namun meski Kotori bukanlah saudara kandung, keluarga Kusanagi : Pascal, Mana dan keluarga lainnya tidak membedakan dan  menyayangi Kotori seperti halnya keluarga kandung.

"Selamat Datang Kotori."

"Wah apa siang ini Onii-chan yang masak?! Tidak seperti biasanya, ada apa ini Onii-chan?"

Melihat kakak laki-lakinya menyiapkan makanan di meja, dia berseru kagum dengan kehebohan.

Memang biasanya yang memasak sarapan pagi ataupun makan siang dan malam akan dipegang oleh Mana ataupun dirinya. Pemandangan kakak laki-lakinya memasak adalah hal yang langka.

"Jangan terkejut begitu, apa melihatku memasak sangat tidak meyakinkan?"

"Tentu saja tidak seperti itu! Aku hanya merasa kalau Onii-chan memiliki kemajuan sekarang, apa kamu ingin aku mengajarkan resep rahasia Kusanagi? Oh, Aku akan membantu menyiapkannya Onii-chan!"

Dengan penuh semangat Kotori mengajukan diri untuk membantu.

Dia sangat energik, Pascal bertanya-tanya apakah ini karena libur musim semi sudah dekat?

Ketika mereka berdua mulai menyiapkan makan siang di meja, Pascal mulai menanyakan sesuatu pada Kotori.

"Ngomong-ngomong Kotori, mengapa kalian tidak pulang bersama?"

Memang, biasanya kedua adiknya ini pulang bersama, walaupun mereka di kelas yang berbeda tapi keduanya masih satu akademi.

... Tetapi kali ini ia melihat Mana yang pulang terlebih dahulu sebelum Kotori, tidak seperti biasa-nya.

"Aku main ke rumah Yui. Mana bilang dia sedikit mengantuk, mungkin karena dia menonton film semalam."

Kotori berbicara mengangkat bahunya sambil menyiapkan makanan.

Mereka mengobrol seperti biasa. Kotori selalu menceritakan hal-hal yang dia lalui, dengan kata lain Kotori cukup terbuka dengan Pascal, walaupun menurutnya Mana juga sama seperti itu.

Perbedaan keduanya, Kotori orang yang serius sedangkan Mana tidak, seperti yang terjadi sebelumnya.

Memikirkan itu membuat Pascal menghembuskan nafas lelah.

"Ada apa Onii-chan? Kalau Onii-chan lelah, biar aku saja yang melanjutkannya."

Melihatnya menghembuskan nafas seperti itu, Kotori bertanya khawatir pada dirinya.

Menurut Pascal kedua adiknya ini sangat perhatian sekali dengan dirinya, itulah yang menyebabkan mereka menjadi adik yang perfect. Tidak hanya memiliki wajah yang lucu, tapi sifat mereka juga membuat orang lain gemas.

Mengusap-ngusap kepala adiknya, Pascal tertawa pelan.

"Tidak, jangan khawatir, aku baik-baik saja... Hmm aku pikir ini terlalu telat untuk makan siang. Kotori cepat kamu ganti baju dulu, sebentar lagi kita makan dan sekalian bangunkan Mana."

Pascal memeriksa waktu, dan saat ini sudah hampir setengah dua siang, jadi ia meminta Kotori untuk segera bersiap makan siang, perutnya saat ini sudah terasa sangat kelaparan.

Ketika Kotori ingin menaiki tangga dan berbalik karena melupakan sesuatu.

"--ah, aku lupa.."

Mendengar Kotori mengatakan sesuatu, Pascal segera mengalihkan perhatiannya dari piring di meja kepada Kotori.

"Hmm, ada apa?"

"Onii-chan sebentar lagi aku akan liburan musim semi. Apakah kamu punya waktu senggang? Kamu sudah pasti sangat senggang, karena kamu sudah lulus dan upacara kelulusan untuk tingkat tiga sudah di lakukan, kamu bahkan tidak memiliki pacar. Ya, itu sudah di putuskan kalau kamu senggang! Jadi Onii-chan, aku punya waktu senggang di musim semi ini, jadi aku berencana untuk membagi waktu berharga ini denganmu, Onii-chan. Pertama-tama temani aku ke aki-choume, jadi seusai belanja kita kesana. Selanjutnya ..."

"Tunggu-Tunggu sebentar Kotori! Bagaimana bisa kamu memutuskannya sendiri? Aku juga mungkin saja memiliki rencana pada musim semi."

Sama seperti itu, Kotori memaksa Pascal dengan rencana sendiri tanpa meminta persetujuannya dan hanya memutuskan secara sepihak.

Dia bahkan berbicara tanpa memberikan kesempatan Pascal untuk menjawab.

"jadi, maksudnya saat ini Onii-chan sudah punya pacar?"

"Bukan seperti itu, dan mengapa kamu bisa menyimpulkannya seperti itu?!"

"Karena, akhir-akhir ini aku dan Mana sering menemukan banyak tisu bekas di tempat sampah Onii-chan, jadi aku pikir Onii-chan memiliki pacar untuk di jadikan imajinasi."

Terkejut dengan fakta yang dikatakan Kotori, Pascal melebarkan matanya, dan secara bersamaan ia merasa sangat malu karena privasinya di bicarakan.

Pascal merasa kalau saat ini urat di dahinya sedang membentuk sebuah perempatan.

"Ugh- Tidaklah bodoh! Dan mengapa kalian memeriksa tempat sampah di kamarku?! Itu tisu yang aku pakai saat flu, jangan berpikir acak pada kakakmu!"

Beberapa saat lalu ia berfikir bahwa adiknya memiliki sifat yang lucu yang membuat orang lain akan mengatakan kalau mereka adalah adik yang perfect, tapi beberapa sifat mereka yang lain dan salah satunya yang seperti ini membuat perutnya yang tidak sakit menjadi sakit.

Ini membuatnya sedikit khawatir, apa privasi pribadinya selalu diawasi oleh adik-adiknya?

Dan mulai saat ini juga, Pascal memutuskan untuk selalu membuang sampah tanpa harus menunggu penuh terlebih dahulu. Berpikir bahwa tidak hanya Mana yang sedang dalam masa puber, bahkan Kotori pun juga dalam masa yang sama. Ini karena mereka umurnya sama jadi tidaklah aneh, tapi tetap saja aku harus lebih waspada!

"Lalu, mengapa Onii-chan tidak bisa?"

Setidaknya minta maaf pada kakakmu!

Pascal berteriak dalam hatinya, setelah melanggar privasinya setidaknya ia ingin adiknya sedikit menyesal dan menghargai privasinya.

Karena tidak langsung menjawab, Kotori terus menanyakan alasannya dengan wajah yang dibuat se-imut mungkin agar membuatnya luluh.

"Haahh... Yaah aku tidak keberatan untuk menemanimu Kotori, tapi aku mungkin juga punya acara nanti. Kalau benar-benar senggang aku akan menemanimu."

"Benarkah? Kamu janji Onii-chan?"

"Sudah kubilang aku tidak janji, tapi jika aku tidak memiliki rencana apapun nanti, aku akan menemanimu. Sekarang, bangunkan Mana di atas."

Pascal mengatakan dengan jujur, itu karena mungkin saja setelah lulus, teman-teman kelasnya akan mengajak liburan ke suatu tempat. Dan Pascal sangat ingin pergi kepantai atau penginapan dengan pemandian air panas untuk melepaskan perasaan jenuh.

Tidak mengatakan apapun lagi, Kotori langsung menuju lantai atas dengan senang, kemungkinan dia sudah merasa sangat yakin kalau kakaknya tidak akan memiliki rencana liburan apapun.

Dia itu, apakah dia mengerti apa yang aku katakan?

Walaupun sebelumnya Pascal sudah mengatakan kalau dia tidak pasti akan menemaninya, itulah sebabnya Pascal merasa sedikit jengkel, wanita selalu saja memutuskan segalanya secara sepihak.
Melihat kepergian Kotori, Pascal melanjutkan menyiapkan makanan.

Lalu beberapa saat kemudian adiknya turun dari lantai dua, Kotori sudah mengganti pakaiannya dan Mana seperti nya sudah membasuh wajah nya dengan air.

Keduanya duduk di meja makan, untuk kotori yang tidak mengetahui apa yang sudah terjadi itu wajar saja dia tidak mengatakan apapun saat duduk, tapi adiknya yang lain ini, bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi.

" .... "

" .... "

Pascal terdiam dengan mata setengah terbuka menatap Mana, sedangkan Mana tersenyum menyilaukan, merasa tidak ada apapun yang terjadi.

--Moodnya sudah membaik sepertinya..

" ....? Hmm, ada apa Onii-chan?"

"Bukan apa-apa... ayo makan, aku sudah membuat beberapa, tapi aku tidak bisa menjamin apakah itu enak atau tidak.. "

Di meja makan terdapat Karage, Sup miso, Salad, dan Tempura, meskipun Pascal mengatakan bahwa ia tidak bisa menjamin itu enak atau tidak.

Melihat kedua adiknya yang bersikap biasa saja, Pascal merasa kalau mereka menyukai masakannya jadi mereka tidak khawatir dengan rasa masakan atau mungkin mereka pura-pura agar dirinya tidak khawatir?

Ini membuat Pascal dilema. Tapi ketika ia merasakan dilema itu Mana mengatakan pendapatnya.

"Ah tenang saja, masakan Pascal-nii pasti enak, itu tidak di ragukan lagi."

Mana memujinya sambil mengangkat jempol dan mengedipkan matanya, dan Kotori mengangguk-angguk setuju. Mendengar pendapat kedua adiknya, tentu itu membuatnya merasa senang.

"Ah iya Onii-chan, bagaimana upacara kelulusan tadi?"

Tiba-tiba Kotori bertanya tentang upacara sekolah, membuat Pascal sedikit menggerakan alisnya.
Pergerakan tangannya yang sedang memegang sendok pun terhenti.

"A-ah itu, ya itu berjalan baik-baik saja .... y-yah ngomong-ngomong Kotori kamu habis pergi dari mana?"

Kotori membicarakan topik yang sangat ingin Pascal hindari. mengingat ia sudah kehilangan semua kancing seragamnya sewaktu di sekolah, ia berusaha mengalihkan topik.

"Bukankah aku sudah bilang? Aku pergi kerumah Yui, karena ia meminta bantuan ku jadi aku pergi kesana setelah pulang sekolah."

"Begitukah, kalau begitu baguslah. Sebagai teman jika ada seorang teman membutuhkan kita harus membantu mereka."

Mengatakan pujian seolah-olah sedang memberi nasihat, tentu ia merasa seperti kakeknya saja.

... Tetapi, pujian pada Kotori barusan hanya sebuah kamuflasenya untuk mengalihkan topik atau menjauhkan topik dari membahas tentang kelulusannya. Di lain sisi, Kotori juga tidak menaruh curiga apapun, dia terus memakan makanannya dengan lahap.

Hahh - bersyukur bahwa Kotori mengikuti arus. Seperti yang dia harapkan dia akan tetap membahas topik lain demi menghindari permasalah kancing.

Ketika sesaat merasa lega, Mana yang sedang memakan makanan sebelumnya, menjatuhkan bom.

"Oh ya Pascal-nii, bagaimana dengan permintaanku?"

Pascal mulai khawatir, ia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Mana. Tapi berbicara tentang permintaan, seingatnya hanya ada satu yang diajukan Mana akhir-akhir ini.

"Eh? P-permintaan apa?"

Dalam seketika Pascal merasa sangat gugup, banyak sekali celah, seharunya ia memulai topik agar menyibukkan keduanya.

Marah akan kebodohannya sendiri, Pascal serasa ingin masuk kekamar langsung. Sebenarnya ini hanya hal yang sepele, tapi ini akan menjadi hal yang besar jika menyangkut kedua adiknya.

"Muuu!!"

Mana menggeram sambil menggembungkan pipinya, mungkin dia sedang marah, tapi wajahnya sangat lucu, bahkan Pascal yang sudah tinggal bertahun-tahun tidak bisa membedakannya.

"Jangan bilang Pascal-nii lupa?"

"Eh, tidak- maksudku aku tidak lupa.. hanya saja.. "

Sulit sekali, Pascal ingin bermain bodoh tapi ia tidak cukup baik untuk melakukan hal itu.

" 'Hanya saja'? "

Kali ini bukan Mana yang bertanya, itu adalah Kotori.

Bahkan Kotori juga ikut-ikutan, ini semakin sulit untuk mengelak.

Pascal tidak menduga kalau Kotori akan ingat, padahal sejak mereka menyiapkan makanan Kotori tidak menyinggung apapun tentang upacara penutupan sekolahnya.

Salah perhitungan, jika saja ia sudah memperkirakan sejak sebelumnya, saat ini ia pasti sudah memiliki alasan yang bagus.

Pascal merasa dirinya sebagai mangsa yang sedang dipojokan oleh dua predator yang ingin memangsanya.

"Pascal-nii, bukankah kami sudah mengatakannya, jangan memberikannya pada orang lain... Aku tahu itu! Kamu memberikan adik kelas perempuanmu, kan?"

Kotori mengangguk setuju oleh kata-kata Mana, Keduanya terus berbicara secara bergantian menjelaskan sesuatu yang tidak masuk akal.

Mereka dapat mengetahui yang meminta kancingnya adalah perempuan dengan mudah, mengetahui keterampilan adiknya ini, Pascal tidak tahu harus merasa senang atau sedih.

"Mau bagaimana lagi! aku tidak bisa menolak, banyak sekali yang memintanya... jika aku tidak memberikan, aku tidak akan bisa pulang--"

Pascal mengaku dengan sedih.

Ini bukan berarti ia lupa sepenuhnya permintaan adiknya, ia sudah berusaha secepat mungkin untuk menghindar dan segera pulang, tapi tetap saja itu tidak berhasil.

... Dan juga, ia tidak bisa menolak permintaan adik kelasnya begitu saja, itu akan membuat dirinya terlihat pelit.

"-Lagipula, itu hanya sebuah kancing, mengapa kalian sangat meributkannya? Bukankah kita tidak boleh mempercayai hal seperti itu-"

Mengatakan apa yang dipikirannya dan sekaligus menasehati kedua adiknya, ia terus berceramah tentang akal sehat bagaimana mungkin dengan sebuah kancing kita mendapatkan sebuah harapan akan lulus dengan cepat dan sebaainya.

Itu sangat berlawan dengan kepercayaan keluarga Kusanagi, itulah mengapa Pascal tidak mengerti mengapa keduanya sangat mempermasalahkan hal itu.

"Tentu saja kami tahu, kami hanya tidak ingin Pascal-nii dekat-dekat dengan gadis lain. Apakah Pascal-nii tidak menyadari itu sama sekali? Ah tapi mengharapkan Pascal-nii seperti itu tidak akan mungkin.. "

Berbicara dengan nada pasrah dan menggeleng, Mana mengangkat bahu menyerah sambil mengangkat tangannya. Kotori mengangguk dan menimpali "Lambat, Onii-chan benar-benar super lambat.. "

Ketika kedua adiknya ini mulai bersatu seperti ini, Pascal tidak akan bisa melawan mereka.

Dari apa yang dikatakan keduanya saat ini, itu membuat Pascal merasa iri dengan keterampilan kakeknya yang dapat berbicara dengan baik dan dapat mengendalikan alur pembicaraan, bahkan Mana dan Kotori selalu menyerah jika lawan berbicara adalah kakeknya.

Lagipula memang kenapa jika ia dekat dengan gadis lain? Seingatnya juga Pascal tidak cukup pandai berteman dengan perempuan, memang ada beberapa temannya perempuan tapi, apakah itu bisa dikatakan dekat?


Sejak saat itu, Pascal berusaha untuk membela dirinya hingga selesai makan siang, walaupun tidak pernah menang sekalipun.
Baca selengkapnya