"-baiklah, mungkin hanya itu saja yang
bisa saya sampaikan, semoga kalian bisa mencapai apa yang kalian inginkan. Saya
ucapkan sekali lagi, selamat pada kalian yang telah lulus dari Akademi Raizen
ini."
Kata-kata penutup disambut oleh tepuk
tangan seluruh siswa didalam aula.
Setelah penutup pidato pelepasan siswa
tingkat 3, kepala sekolah turun dari panggung dan para siswa mulai berpelukan
satu sama lain.
"Semoga kita bertemu lagi." ,
"Aku bakalan rindu dengan kalian-" , "jangan lupa untuk terua
mengirim email-". Itulah yang sedang dikatakan oleh para siswa yang lulus,
mereka memiliki suasana hati yang berbeda-beda.
Mungkin ada di beberapa dari mereka yang
tidak akan bertemu kembali, mereka mulai menceritakan apa yang telah mereka
alami bersama selama tiga tahun ini.
Sebuah perpisahan memang menjadi suatu
momen atau hal yang menyedihkan, tapi itu adalah suatu sistem dari alam
sendiri, pernahkah kalian mendengar sebuah pepatah 'Dimana ada pertemuan,
disitu ada perpisahan' dan sekarang adalah kondisi dimana perpisahan bagi
sebagian orang.
Saat ini Pascal juga menjadi salah satu
dari para siswa tersebut, dan dia juga ikut merasakan apa yang mereka rasakan.
Hari ini adalah acara kelulusan untuk
Pascal di Akademi Raizen. Seusai ia mengikuti upacara kelulusan yang dilakukan
disekolah, berbicara dengan teman-teman dan kouhainya sebelum pulang, saat ini
ia sedang dalam berjalanan menuju rumah keluarga Kusanagi.
Angin musim semi yang berhembus menerpa
wajahnya terasa sangat segar, ia benar-benar menikmati dengan suasana ini,
aroma dari bunga sakura. Sambil menghirup udara ia bersyukur bahwa ia bisa
lulus dari akademi dengan nilai yang cukup bagus, walaupun itu cukup sedih
mengingat bahwa ia akan berpisah dengan teman - temannya karena akan memasuki
Akademi Divisi SMA yang berbeda.
"... Bukan berarti kami akan putus
kontak. Aku harap liburan musim semi nanti banyak hal yang menyenangkan."
Karena Pascal baru saja lulus dari tingkat
SMP, ia akan bebas selama beberapa minggu sebelum masuk Ke tingkat SMA.
Walaupun begitu ia juga harus melakukan persiapan ujian masuk sekolah
nanti, meskipun sekolah yang ingin ia masuki nanti bukanlah sekolah unggulan,
tapi tetap ia perlu nilai yang cukup untuk masuk ke sekolah itu.
Setelah sampai dirumah keluarga Kusanagi,
Pascal segera menuju kamarnya di lantai dua.
Saat ini tidak ada siapapun dirumahnya. Di
jam-jam seperti ini, rumah keluarga Kusanagi memang selalu sepi kecuali ada
momen tertentu, karena memang penghuni rumah ini memiliki kesibukan yang tidak
normal. terutama orang tua dan kakeknya.
"Apa yang harus aku katakan pada
mereka?"
Pascal bergumam pelan saat melihat
almamater miliknya. Almamater hitam dengan kancing emas -- Ya, seharusnya ada
tiga kancing pada almamaternya ini, namun sekarang tidak ada, itulah yang
membuatnya berbicara sendiri.
Sebelum berangkat ke sekolah, salah satu
adiknya mengatakan "Pascal-nii, tolong berikan kancing almamater milikmu
nanti, aku tahun depan ingin segera lulus-" dengan frasa yang sedikit
memaksa.
Di jepang ada sebuah tradisi -- atau
mungkin lebih tepat jika disebut dengan kebiasaan yang dilakukan anak-anak
sekolah.
Biasanya ketika senpai atau ada angkatan
yang akan lulus, pada saat upacara penutupan sekolah, para senpai akan dimintai
kancing almamaternya oleh para juniornya, dengan harapan bahwa mereka juga bisa
lulus tepat waktu seperti para senpai-nya dan untuk kenang-kenangan juga.
Walaupun Pascal tidak mempercayai hal itu,
ia tidak bisa menolak dimana para juniornya meminta kancing almamaternya saat
disekolah tadi, memengingat banyak sekali juniornya yang memintanya kancingnya
padahal kancing almamaternya hanya tiga buah saja.
"Aku pulang!"
Mendengar suara adiknya Pascal membalasnya
dari lantai atas. Sesudah berganti pakaian, Pascal turun kelantai bawah.
Dia melihat adiknya, Kusanagi Mana.
Surai rambut hitam dan pupil mata berwarna
biru seperti kakaknya, biasanya ia akan menguncir rambutnya ekor kuda tapi
karena ia sedang tidur rambutnya dibiarkan tergerai.
Melihat wajah lucu adiknya ia tidak bisa
tidak tersenyum, tapi Pascal segera cemberut melihat sekitar sofa. Dia melihat
seragam sekolah adiknya yang tergeletak dilantai begitu saja dan tas yang di
letakan sembarangan.
Hanya memakai kamisol di bagian atas dan
celana pendek ketat di bagian bawahnya, dia tertidur dengan posisi yang tidak
seperti seorang gadis.
Ya ampun, gadis
ini-
Bergumam melihat kelakuan adiknya yang
langsung tidur seperti itu, Pascal segera menghampiri adiknya.
"Hey jangan tidur disini, cepat pindah
ke kamarmu Mana."
Sambil membangunkannya perlahan, ia juga
mengusap kepala adiknya dengan lembut, setelah beberapa saat adiknya merespon:
"Uh Pascal-nii sudah dirumah..?"
"Bukankah tadi aku sempat menjawab?
Sekarang bangunlah, jangan tidur disini, tidurlah di kamar dan ganti bajumu-
Hey jangan bersuara aneh seperti itu!"
Pada saat ia mencoba untuk menggoyangkan
tubuh adiknya agar bangun, tiba-tiba Mana mengeluarkan suara mengerang yang
dibuat-buat.
Pascal tidak bisa untuk tidak memperotes
tindakan adiknya tersebut.
Setelah Pascal mengatakan itu, secara
mengejutkan Mana membuka matanya perlahan dan mengalungkan kedua lengan di
leher Pascal, karena posisi Pascal berlutut di dekat sofa, jadi Mana dapat
menjangkaunya dengan mudah.
Wajahnya yang bersemu merah sangat lucu
pada saat ia bangun tidur.
"Pascal-nii, ini tidak boleh. Kita
saudara jadi aku tidak bisa ... Ta-tapi jika Pascal-nii memaksa, aku-aku tidak
punya pilihan lain ..."
"Ya, ya cepatlah bangun, kamu nanti
masuk angin kalau tidur di sof, -emm!?"
Karena Pascal tidak menghiraukannya, Mana
menarik Pascal mencoba mencium bibirnya -
"O-oi!" Secara reflek Pascal
mengangkat tangannya untuk menahan kemajuan Mana yang tiba-tiba.
"Ehh, tidak asik..."
Dengan tatapan kecewa Mana menjulurkan
lidahnya mengejek Pascal.
"Apanya yang tidak asik... Sebelum
menggoda kakakmu, kamu harus mandi, keringatmu- guooh..?!!"
Sebelum Pascal menyelesaikan kalimatnya, ia
merasakan hantaman keras mengenai perutnya, membuatnya melangkah mundur menjauh
dari adiknya.
Melihat ke arah Mana, ia menemukan gadis
itu sedang mengepalkan tangannya dengan wajah yang kesal. Meski kepalan
tangannya kecil seperti gadis umumnya, namun pukulan yang dia lancarkan tidak
diragukan lagi sangat kuat, dia benar-benar mengerahkan tenaganya.
"Maafkan aku Pascal-nii, tanganku bergerak
sendiri ~ Tadi kamu mau ngomong apa ~?"
Meskipun dia meminta maaf, sikap yang dia
tunjukan benar-benar berbanding terbalik. Kepalan tangannya bahkan semakin
kuat.
"T-tidak, bukan apa-apa-" Pascal
membuat wajah masam, ".. Ah, aku harus segera menyiapkan makan
siang..!"
Pascal segera mengalihkan pembicaraan lalu
kabur meninggalkan Mana pergi ke dapur.
Kalau ia tetap berada di sana, tidak peduli
bagaimana ia mencoba mengalihkan pembicaraan, Mana akan tetap dalam mood yang
buruk.
Ini bukan pertama kalinya Mana menggodanya,
karena itulah Pascal bisa segera mencegah adiknya itu. Suatu hari pernah ketika
Mana berhasil menciumnya, pada saat itu kakeknya tiba-tiba datang dan melihat
mereka berdua, walaupun itu hanya ciuman sekilas, itu tidak membuat situasinya
menjadi jelas dimata orang lain.
Ketika itu kakeknya hanya tersenyum dan
mengingatkan tentang makan malam, meski tidak mengatakan apapun lagi, sebagai
seorang kakak pertama ia merasa sangat malu pada kakeknya sejak saat itu.
Sebelumnya juga ia sudah bertanya pada Mana
tentang mengapa dia melakukan ini, lalu Mana menjawab ;
"Ini adalah salam dan bukti kasih
sayang antara saudara.. Hubungan saudara tidak sedangkal percintaan antara
kekasih yang hanya timbul karena ketertarikan fisik-"
Pascal tidak mengerti perbandingan
percintaan antara kekasih yang dia katakan, dan ia juga belum pernah kalau
sepasang saudara akan bertukar salam melalui ciuman.
Mana menjelaskan kalau di luar negeri salam
seperti itu adalah hal yang wajar dan terus membuat alasan yang tidak masuk
akal. Walaupun Pascal sudah mengatakan kalau keluarga mereka adalah orang
Jepang dan memiliki budaya ke-timuran yang berbeda dengan budaya barat, akan
tetapi Mana segera membantahnya dengan alasan keluarga Kusanagi tidak bisa
mengkesampingkan fakta bahwa mereka memang memiliki darah campuran sejak kakek
buyut mereka.
Menggeleng sedih, Pascal segera memasuki
dapur untuk menyiapkan makan siang.
kamar Kusanagi bersaudara berada di lantai
dua, dan yang tinggal dirumah ini hanya ada empat orang ; Kusanagi Pascal, dua
Adiknya dan Kakek mereka Kusanagi Ichirou, orang tua mereka jarang untuk ada
dirumah karena pekerjaan, tapi pada saat ini kakek mereka juga sedang tidak ada
dirumah.
"Nah sekarang, apa yang akan
kubuat?"
Sambil melihat bahan ia bergumam,
memikirkan apa yang akan ia buat.
Mengumpulkan bahan dari kulkas, ia
mengeluarkan daging ayam fillet, tepung, telur, sayuran, daun bawang.
Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya dia sudah memutuskan apa yang akan
dibuatnya, dan segera setelah itu ia mulai memasak.
Pascal tidak bisa membuat makanan yang
terlalu rumit, jadi ia hanya membuat yang menurutnya mudah, lagipula ia juga
tidak cukup percaya diri dalam hal memasak, ia memutuskan untuk memasak
chicken Yakiniku dan miso serta telur rebus.
Setelah memakan waktu yang cukup lama,
masakan yang mengandalkan imajinasi dalam membuatnya akhirnya selesai.
"Aku Pulang!"
Merasakan sebuah
Dejavu terjadi,
Pascal mengalihkan tatapannya kebelakang dan menyambut, adiknya yang lain.
Kusanagi Kotori.
Adiknya yang lain, namun berbeda dengan
Mana, rambut Kotori diikat twintail. Tidak seperti Pascal dan Mana yang
memiliki pupil mata berwarna biru, dia memiliki pupil mata berwarna hitam, sama
seperti orang Jepang umumnya,
Perbedaan yang terjadi pada Kusanagi
bersaudara bukan karena masalah perbedaan gen yang diwariskan, alasannya karena
Kotori bukan saudara sedarah dengan keduanya.
Namun meski Kotori bukanlah saudara kandung,
keluarga Kusanagi : Pascal, Mana dan keluarga lainnya tidak membedakan
dan menyayangi Kotori seperti halnya keluarga kandung.
"Selamat Datang Kotori."
"Wah apa siang ini Onii-chan yang
masak?! Tidak seperti biasanya, ada apa ini Onii-chan?"
Melihat kakak laki-lakinya menyiapkan
makanan di meja, dia berseru kagum dengan kehebohan.
Memang biasanya yang
memasak sarapan pagi ataupun makan siang dan malam akan dipegang oleh Mana
ataupun dirinya. Pemandangan kakak laki-lakinya memasak adalah hal yang langka.
"Jangan terkejut begitu, apa melihatku
memasak sangat tidak meyakinkan?"
"Tentu saja tidak seperti itu! Aku
hanya merasa kalau Onii-chan memiliki kemajuan sekarang, apa kamu ingin aku
mengajarkan resep rahasia Kusanagi? Oh, Aku akan membantu menyiapkannya
Onii-chan!"
Dengan penuh semangat Kotori mengajukan
diri untuk membantu.
Dia sangat energik, Pascal
bertanya-tanya apakah ini karena libur musim semi sudah dekat?
Ketika mereka berdua mulai menyiapkan makan
siang di meja, Pascal mulai menanyakan sesuatu pada Kotori.
"Ngomong-ngomong Kotori, mengapa
kalian tidak pulang bersama?"
Memang, biasanya kedua adiknya ini pulang
bersama, walaupun mereka di kelas yang berbeda tapi keduanya masih satu
akademi.
... Tetapi kali ini ia melihat Mana yang
pulang terlebih dahulu sebelum Kotori, tidak seperti biasa-nya.
"Aku main ke rumah Yui. Mana bilang
dia sedikit mengantuk, mungkin karena dia menonton film semalam."
Kotori berbicara mengangkat bahunya sambil
menyiapkan makanan.
Mereka mengobrol seperti biasa. Kotori selalu
menceritakan hal-hal yang dia lalui, dengan kata lain Kotori cukup terbuka
dengan Pascal, walaupun menurutnya Mana juga sama seperti itu.
Perbedaan keduanya, Kotori orang yang
serius sedangkan Mana tidak, seperti yang terjadi sebelumnya.
Memikirkan itu membuat Pascal menghembuskan
nafas lelah.
"Ada apa Onii-chan? Kalau Onii-chan
lelah, biar aku saja yang melanjutkannya."
Melihatnya menghembuskan nafas seperti itu,
Kotori bertanya khawatir pada dirinya.
Menurut Pascal kedua adiknya ini sangat
perhatian sekali dengan dirinya, itulah yang menyebabkan mereka menjadi adik
yang perfect. Tidak hanya memiliki wajah yang lucu, tapi sifat mereka juga
membuat orang lain gemas.
Mengusap-ngusap kepala adiknya, Pascal
tertawa pelan.
"Tidak, jangan khawatir, aku baik-baik
saja... Hmm aku pikir ini terlalu telat untuk makan siang. Kotori cepat kamu
ganti baju dulu, sebentar lagi kita makan dan sekalian bangunkan Mana."
Pascal memeriksa waktu, dan saat ini sudah
hampir setengah dua siang, jadi ia meminta Kotori untuk segera bersiap makan
siang, perutnya saat ini sudah terasa sangat kelaparan.
Ketika Kotori ingin menaiki tangga dan
berbalik karena melupakan sesuatu.
"--ah, aku lupa.."
Mendengar Kotori mengatakan sesuatu, Pascal
segera mengalihkan perhatiannya dari piring di meja kepada Kotori.
"Hmm, ada apa?"
"Onii-chan sebentar lagi aku akan
liburan musim semi. Apakah kamu punya waktu senggang? Kamu sudah pasti sangat
senggang, karena kamu sudah lulus dan upacara kelulusan untuk tingkat tiga
sudah di lakukan, kamu bahkan tidak memiliki pacar. Ya, itu sudah di putuskan
kalau kamu senggang! Jadi Onii-chan, aku punya waktu senggang di musim semi
ini, jadi aku berencana untuk membagi waktu berharga ini denganmu, Onii-chan.
Pertama-tama temani aku ke aki-choume, jadi seusai belanja kita kesana.
Selanjutnya ..."
"Tunggu-Tunggu sebentar Kotori!
Bagaimana bisa kamu memutuskannya sendiri? Aku juga mungkin saja memiliki
rencana pada musim semi."
Sama seperti itu, Kotori memaksa Pascal
dengan rencana sendiri tanpa meminta persetujuannya dan hanya memutuskan secara
sepihak.
Dia bahkan berbicara tanpa memberikan
kesempatan Pascal untuk menjawab.
"jadi, maksudnya saat ini Onii-chan
sudah punya pacar?"
"Bukan seperti itu, dan mengapa kamu
bisa menyimpulkannya seperti itu?!"
"Karena, akhir-akhir ini aku dan Mana
sering menemukan banyak tisu bekas di tempat sampah Onii-chan, jadi aku pikir
Onii-chan memiliki pacar untuk di jadikan imajinasi."
Terkejut dengan fakta yang dikatakan
Kotori, Pascal melebarkan matanya, dan secara bersamaan ia merasa sangat malu
karena privasinya di bicarakan.
Pascal merasa kalau saat ini urat di
dahinya sedang membentuk sebuah perempatan.
"Ugh- Tidaklah bodoh! Dan mengapa
kalian memeriksa tempat sampah di kamarku?! Itu tisu yang aku pakai saat flu,
jangan berpikir acak pada kakakmu!"
Beberapa saat lalu ia berfikir bahwa
adiknya memiliki sifat yang lucu yang membuat orang lain akan mengatakan kalau
mereka adalah adik yang perfect, tapi beberapa sifat mereka yang lain dan salah
satunya yang seperti ini membuat perutnya yang tidak sakit menjadi sakit.
Ini membuatnya sedikit khawatir, apa
privasi pribadinya selalu diawasi oleh adik-adiknya?
Dan mulai saat ini juga, Pascal memutuskan
untuk selalu membuang sampah tanpa harus menunggu penuh terlebih dahulu. Berpikir
bahwa tidak hanya Mana yang sedang dalam masa puber, bahkan Kotori pun juga
dalam masa yang sama.
Ini karena mereka
umurnya sama jadi tidaklah aneh, tapi tetap saja aku harus lebih waspada!
"Lalu, mengapa Onii-chan tidak
bisa?"
Setidaknya minta
maaf pada kakakmu!
Pascal berteriak dalam hatinya, setelah
melanggar privasinya setidaknya ia ingin adiknya sedikit menyesal dan
menghargai privasinya.
Karena tidak langsung menjawab, Kotori
terus menanyakan alasannya dengan wajah yang dibuat se-imut mungkin agar
membuatnya luluh.
"Haahh... Yaah aku tidak keberatan
untuk menemanimu Kotori, tapi aku mungkin juga punya acara nanti. Kalau
benar-benar senggang aku akan menemanimu."
"Benarkah? Kamu janji Onii-chan?"
"Sudah kubilang aku tidak janji, tapi
jika aku tidak memiliki rencana apapun nanti, aku akan menemanimu. Sekarang,
bangunkan Mana di atas."
Pascal mengatakan dengan jujur, itu karena
mungkin saja setelah lulus, teman-teman kelasnya akan mengajak liburan ke suatu
tempat. Dan Pascal sangat ingin pergi kepantai atau penginapan dengan pemandian
air panas untuk melepaskan perasaan jenuh.
Tidak mengatakan apapun lagi, Kotori
langsung menuju lantai atas dengan senang, kemungkinan dia sudah merasa sangat
yakin kalau kakaknya tidak akan memiliki rencana liburan apapun.
Dia itu, apakah dia
mengerti apa yang aku katakan?
Walaupun sebelumnya Pascal sudah mengatakan
kalau dia tidak pasti akan menemaninya, itulah sebabnya Pascal merasa sedikit
jengkel, wanita selalu saja memutuskan segalanya secara sepihak.
Melihat kepergian Kotori, Pascal
melanjutkan menyiapkan makanan.
Lalu beberapa saat kemudian adiknya turun
dari lantai dua, Kotori sudah mengganti pakaiannya dan Mana seperti nya sudah
membasuh wajah nya dengan air.
Keduanya duduk di meja makan, untuk kotori
yang tidak mengetahui apa yang sudah terjadi itu wajar saja dia tidak
mengatakan apapun saat duduk, tapi adiknya yang lain ini, bersikap seolah-olah
tidak ada yang terjadi.
" .... "
" .... "
Pascal terdiam dengan mata setengah terbuka
menatap Mana, sedangkan Mana tersenyum menyilaukan, merasa tidak ada apapun
yang terjadi.
--Moodnya sudah
membaik sepertinya..
" ....? Hmm, ada apa Onii-chan?"
"Bukan apa-apa... ayo makan, aku sudah
membuat beberapa, tapi aku tidak bisa menjamin apakah itu enak atau tidak..
"
Di meja makan terdapat Karage, Sup miso,
Salad, dan Tempura, meskipun Pascal mengatakan bahwa ia tidak bisa menjamin itu
enak atau tidak.
Melihat kedua adiknya yang bersikap biasa
saja, Pascal merasa kalau mereka menyukai masakannya jadi mereka tidak khawatir
dengan rasa masakan atau mungkin mereka pura-pura agar dirinya tidak khawatir?
Ini membuat Pascal dilema. Tapi ketika ia
merasakan dilema itu Mana mengatakan pendapatnya.
"Ah tenang saja, masakan Pascal-nii
pasti enak, itu tidak di ragukan lagi."
Mana memujinya sambil mengangkat jempol dan
mengedipkan matanya, dan Kotori mengangguk-angguk setuju. Mendengar pendapat
kedua adiknya, tentu itu membuatnya merasa senang.
"Ah iya Onii-chan, bagaimana upacara
kelulusan tadi?"
Tiba-tiba Kotori bertanya tentang upacara
sekolah, membuat Pascal sedikit menggerakan alisnya.
Pergerakan tangannya yang sedang memegang
sendok pun terhenti.
"A-ah itu, ya itu berjalan baik-baik
saja .... y-yah ngomong-ngomong Kotori kamu habis pergi dari mana?"
Kotori membicarakan topik yang sangat ingin
Pascal hindari. mengingat ia sudah kehilangan semua kancing seragamnya sewaktu
di sekolah, ia berusaha mengalihkan topik.
"Bukankah aku sudah bilang? Aku pergi
kerumah Yui, karena ia meminta bantuan ku jadi aku pergi kesana setelah pulang
sekolah."
"Begitukah, kalau begitu baguslah.
Sebagai teman jika ada seorang teman membutuhkan kita harus membantu
mereka."
Mengatakan pujian seolah-olah sedang
memberi nasihat, tentu ia merasa seperti kakeknya saja.
... Tetapi, pujian pada Kotori barusan
hanya sebuah kamuflasenya untuk mengalihkan topik atau menjauhkan topik dari
membahas tentang kelulusannya. Di lain sisi, Kotori juga tidak menaruh curiga
apapun, dia terus memakan makanannya dengan lahap.
Hahh - bersyukur
bahwa Kotori mengikuti arus. Seperti yang dia harapkan dia akan tetap membahas
topik lain demi menghindari permasalah kancing.
Ketika sesaat merasa lega, Mana yang sedang
memakan makanan sebelumnya, menjatuhkan bom.
"Oh ya Pascal-nii, bagaimana dengan
permintaanku?"
Pascal mulai khawatir, ia tidak tahu apa
yang dimaksud oleh Mana. Tapi berbicara tentang permintaan, seingatnya hanya
ada satu yang diajukan Mana akhir-akhir ini.
"Eh? P-permintaan apa?"
Dalam seketika Pascal merasa sangat gugup,
banyak sekali celah, seharunya ia memulai topik agar menyibukkan keduanya.
Marah akan kebodohannya sendiri, Pascal
serasa ingin masuk kekamar langsung. Sebenarnya ini hanya hal yang sepele, tapi
ini akan menjadi hal yang besar jika menyangkut kedua adiknya.
"Muuu!!"
Mana menggeram sambil menggembungkan
pipinya, mungkin dia sedang marah, tapi wajahnya sangat lucu, bahkan Pascal
yang sudah tinggal bertahun-tahun tidak bisa membedakannya.
"Jangan bilang Pascal-nii lupa?"
"Eh, tidak- maksudku aku tidak lupa..
hanya saja.. "
Sulit sekali, Pascal ingin bermain bodoh
tapi ia tidak cukup baik untuk melakukan hal itu.
" 'Hanya saja'? "
Kali ini bukan Mana yang bertanya, itu
adalah Kotori.
Bahkan Kotori juga ikut-ikutan, ini semakin
sulit untuk mengelak.
Pascal tidak menduga kalau Kotori akan
ingat, padahal sejak mereka menyiapkan makanan Kotori tidak menyinggung apapun
tentang upacara penutupan sekolahnya.
Salah perhitungan, jika saja ia sudah
memperkirakan sejak sebelumnya, saat ini ia pasti sudah memiliki alasan yang
bagus.
Pascal merasa dirinya sebagai mangsa yang
sedang dipojokan oleh dua predator yang ingin memangsanya.
"Pascal-nii, bukankah kami sudah
mengatakannya, jangan memberikannya pada orang lain... Aku tahu itu! Kamu
memberikan adik kelas perempuanmu, kan?"
Kotori mengangguk setuju oleh kata-kata
Mana, Keduanya terus berbicara secara bergantian menjelaskan sesuatu yang tidak
masuk akal.
Mereka dapat mengetahui yang meminta
kancingnya adalah perempuan dengan mudah, mengetahui keterampilan adiknya ini,
Pascal tidak tahu harus merasa senang atau sedih.
"Mau bagaimana lagi! aku tidak bisa
menolak, banyak sekali yang memintanya... jika aku tidak memberikan, aku tidak
akan bisa pulang--"
Pascal mengaku dengan sedih.
Ini bukan berarti ia lupa sepenuhnya
permintaan adiknya, ia sudah berusaha secepat mungkin untuk menghindar dan
segera pulang, tapi tetap saja itu tidak berhasil.
... Dan juga, ia tidak bisa menolak
permintaan adik kelasnya begitu saja, itu akan membuat dirinya terlihat pelit.
"-Lagipula, itu hanya sebuah kancing,
mengapa kalian sangat meributkannya? Bukankah kita tidak boleh mempercayai hal
seperti itu-"
Mengatakan apa yang dipikirannya dan
sekaligus menasehati kedua adiknya, ia terus berceramah tentang akal sehat
bagaimana mungkin dengan sebuah kancing kita mendapatkan sebuah harapan akan
lulus dengan cepat dan sebaainya.
Itu sangat berlawan dengan kepercayaan
keluarga Kusanagi, itulah mengapa Pascal tidak mengerti mengapa keduanya sangat
mempermasalahkan hal itu.
"Tentu saja kami tahu, kami hanya
tidak ingin Pascal-nii dekat-dekat dengan gadis lain. Apakah Pascal-nii tidak
menyadari itu sama sekali? Ah tapi mengharapkan Pascal-nii seperti itu tidak
akan mungkin.. "
Berbicara dengan nada pasrah dan
menggeleng, Mana mengangkat bahu menyerah sambil mengangkat tangannya. Kotori
mengangguk dan menimpali "Lambat, Onii-chan benar-benar super lambat..
"
Ketika kedua adiknya ini mulai bersatu
seperti ini, Pascal tidak akan bisa melawan mereka.
Dari apa yang dikatakan keduanya saat ini,
itu membuat Pascal merasa iri dengan keterampilan kakeknya yang dapat berbicara
dengan baik dan dapat mengendalikan alur pembicaraan, bahkan Mana dan Kotori
selalu menyerah jika lawan berbicara adalah kakeknya.
Lagipula memang kenapa jika ia dekat dengan
gadis lain? Seingatnya juga Pascal tidak cukup pandai berteman dengan
perempuan, memang ada beberapa temannya perempuan tapi, apakah itu bisa
dikatakan dekat?
Sejak saat itu, Pascal berusaha untuk
membela dirinya hingga selesai makan siang, walaupun tidak pernah menang
sekalipun.