Selasa, 31 Oktober 2017

Kecerdasan buatan dalam bidang bidang perusahaan

Rekam Medik Elektronik (Electronic Medical Record/EMR)

Rekam medik memanfaatkan kelebihan komputer untuk menginput, menyimpan, mengolah dan memanfaatkan data rekam medis seorang pasien sehingga komputer diharapkan dapat melakukan diagnosis dan menentukan tindakan medis untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.

Penerapan kecerdasan buatan (dari komputer) untuk rekam medik elektronik menggunakan teknik reasoning. Teknik reasoning memungkinkan komputer mengambil sebuah keputusan berdasarkan pengetahuan (data) dan aturan (rule) yang dimasukkan dan diproses dalam bentuk basis pengetahuan (knowledge base). Kecerdasan komputer dapat ditingkatkan dengan memasukkan fakta atau rule yang merupakan penemuan baru ke dalam knowledge base.

Sistem Pakar merupakan salah satu contoh penerapan kecerdasan komputer dalam rekam medik elektronik. Sistem pakar mengalihkan keahlian tenaga medis ke media elektronik seperti komputer untuk kemudian dialihkan lagi pada orang yang bukan ahli.

sistem pakar adalah sistem perangkat lunak komputer yang menggunakan ilmu, fakta, dan teknik berpikir dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang biasanya hanya dapat diselesaikan oleh tenaga ahli dalam bidang yang bersangkutan.

Pakar adalah orang yang memiliki pengetahuan, penilaian, pengalaman, metode khusus serta kemampuan untuk menerapkan bakat ini dalam memberi nasihat dan memecahkan masalah.
Rekam medik memanfaatkan kelebihan komputer untuk menginput, menyimpan, mengolah dan memanfaatkan data rekam medis seorang pasien sehingga komputer diharapkan dapat melakukan diagnosis dan menentukan tindakan medis untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.

Penerapan kecerdasan buatan (dari komputer) untuk rekam medik elektronik menggunakan teknik reasoning. Teknik reasoning memungkinkan komputer mengambil sebuah keputusan berdasarkan pengetahuan (data) dan aturan (rule) yang dimasukkan dan diproses dalam bentuk basis pengetahuan (knowledge base). Kecerdasan komputer dapat ditingkatkan dengan memasukkan fakta atau rule yang merupakan penemuan baru ke dalam knowledge base.

Sistem Pakar merupakan salah satu contoh penerapan kecerdasan komputer dalam rekam medik elektronik. Sistem pakar mengalihkan keahlian tenaga medis ke media elektronik seperti komputer untuk kemudian dialihkan lagi pada orang yang bukan ahli.

sistem pakar adalah sistem perangkat lunak komputer yang menggunakan ilmu, fakta, dan teknik berpikir dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang biasanya hanya dapat diselesaikan oleh tenaga ahli dalam bidang yang bersangkutan.

Pakar adalah orang yang memiliki pengetahuan, penilaian, pengalaman, metode khusus serta kemampuan untuk menerapkan bakat ini dalam memberi nasihat dan memecahkan masalah.
Pengalihan keahlian tenaga medis ke komputer dan ke tenaga medis lain membutuhkan 4 aktivitas yaitu: tambahan pengetahuan (dari para ahli atau sumber-sumber lainnya), representasi pengetahuan (ke komputer), inferensi pengetahuan dan pengalihan pengetahuan ke user. Pengetahuan yang disimpan di komputer disebut sebagai basis pengetahuan (knowledge base) yaitu: fakta dan prosedur (biasanya berupa aturan).

Salah satu fitur yang harus dimiliki oleh sistem pakar adalah kemampuan untuk menalar. Jika keahlian-keahlian sudah tersimpan sebagai basis pengetahuan dan tersedia program yang mampu mengakses basis data maka komputer harus dapat diprogram untuk membuat inferensi (mengambil kesimpulan). Proses inferensi ini dikemas dalam bentuk motor inferensi (inference engine) dan setiap sub sistem mempunyai sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi sistem tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

Sistem pakar dalam rekam medik elektronik menggunakan basis pengetahuan yang berasal dari para tenaga medis ahli dan digunakan untuk mengambil sebuah keputusan kesehatan serta menentukan tindakan medis untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami pasien. Selnjutnya setiap aktivitas dalam penggunaan sistem pakar disimpan sebagai data elektronik dalam rekam medik elektronik.

Visi dan Misi Pemerintahan/Perusahaan

Di setiap dalam sebuah organisasi, entah itu sebuah perusahaan hingga organisasi masyakarat pasti memiliki yang nama visi misi sehingga mereka membentuk sebuah kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Ambil contoh salah satu perusahaan dalam bidang perminyakan di Indonesia, yaitu Pertamina Persero. Mereka memiliki visi misi, yaitu :

Visi: Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.


Misi: Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.


Untuk mewujudkan Visi Perseroan sebagai perusahaan kelas dunia, maka Perseroan sebagai perusahan milik Negara (100% saham dimiliki Negara) turut melaksanakan serta menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, terutama di bidang penyelenggaraan usaha energi, yaitu minyak dan gas bumi, energi baru dan terbarukan baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang energi tersebut serta pengembangan optimalisasi sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Misi Perseroan menjalankan usaha inti minyak, gas, bahan bakar nabati serta kegiatan pengembangan, eksplorasi, produksi serta niaga energi baru dan terbarukan (new and renewable energy) secara terintegrasi.

Teknologi yang digunakan di Pertamina

1. GravFluid Technology, adalah perangkat lunak berbasis pengolahan data gayaberat untuk mendapatkan model bawah permukaan berdasarkan distribusi rapat masa. Keunikan perangkat lunak ini adalah kemampuannya untuk mengolah data time-lapse (4D) gayaberat untuk memonitor perilaku reservoir minyak dan gas bumi serta geothermal.

GravFluid Technology  merupakan perangkat lunak pertama dari metoda gayaberat yang bermanfaat untuk melakukan monitoring perubahan sifat fisik reservoir antara lain perubahan tekanan serta kejenuhan minyak dan gas bumi dari waktu ke waktu selama masa produksi.

GravFluid Technology yang dikembangkan bersama Institut Teknologi Bandung adalah merupakan perangkat lunak yang terintegrasi mulai dari study kelayakan survey gravitasi, akuisisi, pengolahan data, pemodelan dan simulasi reservoir. Teknologi gayaberat 4 dimensi ini diaplikasikan untuk membantu mengetahui daerah yang masih berpotensi untuk dilakukan pemboran pengembangan untuk meningkatkan perolehan minyak dan gas, meningkatkan akurasi penempatan sumur injeksi dan pengembangan serta mengurangi resiko kegagalan pemboran. Teknologi yang digunakan juga tidak menimbulkan efek negatif lingkungan dan mampu menghemat biaya hingga 85 persen dibandingkan teknologi monitor reservoir dengan menggunakan data seismik.

2. PetroGen, adalah perangkat lunak untuk melakukan rekonstruksi dan merangkum sejarah geologi suatu cekungan sedimentasi. Dengan demikian proses pembentukan dan pemerangkapan minyak dan gas bumi di suatu daerah dapat diketahui. Perangkat lunak ini juga memiliki keunggulan untuk melakukan analisa umur dan lingkungan pengendapan batuan sedimen, kemampuan menganalisa “suppresi Ro”, analisa energi aktivasi kerogen dan dirancang secara khusus, disesuaikan dengan kondisi geologi cekungan-cekungan di Indonesia sehingga dapat mengurangi tingginya resiko eksplorasi minyak dan gas bumi

3. TomoDepth, merupakan perangkat lunak pengolahan data seismik lanjut yang dikembangkan berdasarkan metoda Common Reflection Surface (CRS) stack. Keungulan perangkat lunak ini adalah kecepatan dan ketepatan yang lebih tinggi dibanding metoda konvensional, serta mampu menghasilkan kualitas penampang seismik yang lebih baik. Perangkat lunak ini sangat tepat digunakan pada daerah dengan kualitas data seismik yang kurang baik, kerapatan data yang rendah dan struktur geologi yang  kompleks. Selain itu, keluaran hasil olahan CRS ini juga berupa model distribusi kecepatan gelombang seismik bawah permukaan yang dapat digunakan untuk proses lanjut seperti Pre-stack Depth Migration (PSDM).

Basic source code perangkat lunak ini berasal dari konsorsium Wave Inversion Technology (WIT) Jerman yang dikembangkan Pertamina bersama ITB menjadi perangkat lunak yang terintegrasi dan mudah digunakan.

4. PF Design, adalah perangkat lunak untuk mempercepat proses perancangan fasilitas produksi migas yang baru maupun mengevaluasi performansi fasilitas produksi migas yang telah beroperasi. Salah satu alat bantu yang sangat bermanfaat dalam penyusunan POD, memiliki fitur kemampuan yang lebih lengkap dan terintegrasi. Prosedur perhitungan dalam PF Design didasarkan pada berbagai korelasi baku, best engineering practices, dan international engineering standard.

Originalitas perangkat lunak ini terletak pada kelengkapan dan keterpaduan fitur-fitur yang dimiliki serta kemudahan dan kecepatan dalam menghasilkan laporan. Melalui software ini perencanaan dapat dilakukan secara komprehensif, dengan hasil perhitungan yang dikemas secara lengkap.

Pada perkembangan berikutnya, PF Design akan dilengkapi dengan kemampuan perancangan peralatan untuk mitigasi dampak lingkungan, seperti pengolahan air terproduksi dan penyingkiran komponen gas asam dalam produk minyak dan gas bumi.

5. AI Chem Amine TS, adalah perangkat lunak yang digunakan untuk membantu memonitor dan troubleshooting pengoperasian instalasi penyingkiran gas asam dari gas alam berdasarkan proses alkanolamine. Perangkat lunak ini dirancang untuk membantu mengatasi masalah lingkungan dan melakukan penghematan dengan dimilikinya instalasi penyingkiran gas asam yang bebas dari gangguan operasi.

Sebagai aplikasi kecerdasan buatan, perangkat lunak ini memiliki originalitas dari segi teknik penampilannya. Untuk aplikasi khusus pada proses alkanolamine, belum ada perangkat lunak sejenis yang ditemui di pasaran dan perangkat lunak ini dapat diimplementasikan pada aplikasi Microsoft Excel sehingga mudah dalam penggunaannya.

6. Pertamina Geodatabase & Web GIS, adalah aplikasi berbasis teknologi opensource (Apache, MapServer, PosgreSQL, PostGIS, PHP & Javascript) dan menggabungkan seluruh data spasial dan atribut dalam sebuah geodatabase. Geodatabase dibangun dengan memanfaatkan data modul yang sudah ada yaitu Public Petroleum Data Model (PPDM) Lite 1.1 yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan konsep teknologi Geopraphical Information System (GIS) dan kebutuhan Pertamina.

Sistem aplikasi ini dibangun untuk menjadi alat bantu pekerja Pertamina mulai dari yang bekerja di bidang teknik di lapangan, manajemen menengah, hingga manajemen puncak untuk memperoleh data yang valid, informasi yang mudah dan cepat diperoleh/diakses. Aplikasi ini juga diharapkan dapat menjadi “Integrator” bagi aplikasi lain dan dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan. Aplikasi ini memiliki nilai tambah yang tinggi karena berbasis teknologi Opensource dan dalam penerapan atau instalasinya tidak membutuhkan lisensi tambahan.

Modifikasi data model yang ada ke sebuah geodatabase yang sesuai dengan karakter Pertamina merupakan satu faktor originalitas aplikasi ini. Selain itu beberapa fitur pada aplikasi yang dapat memperlihatkan pandangan panoramik pada suatu posisi tertentu dan model 3D dari aset di lapangan merupakan suatu solusi yang khas dibangun untuk mendukung operasinal Pertamina.

7. 3D Cross Resistivity Technology, adalah Perangkat lunak untuk melakukan pemodelan reservoir minyak dan gas bumi sampai kedalaman 800 meter berdasarkan data tahanan jenis batuan. Metoda ini dapat mengganti pemetaan reservoir dangkal yang dengan metoda seismik tidak memberikan hasil yang baik. Perangkat lunak ini memadukan aspek perhitungan, database, visual dan mudah digunakan. Sampai saat ini baru dapat menampilkan 1D inversion & log-like modeling, sementara untuk pengembangan ke depan, perangkat lunak ini diharapkan dapat ditampilkan dalam 3 dimensi.

8. PertaGama, adalah perangkat lunak untuk melakukan alih media dari berbagai jenis media penyimpan berbasis pita magnetik dan format data seismik dari berbagai tahun keluaran ke dalam media disk. Perangkat lunak ini  juga dapat berfungsi untuk kontrol kualitas (QC) data seismik. Perangkat lunak yang dikembangkan bersama Universitas Gajah Mada ini menggunakan free open source bersifat sangat mudah diaplikasikan, sangat sederhana, dapat dijalankan di komputer manapun yang mempunyai sistem operasi linux, serta keunggulannya adalah dapat mengedit, menghapus, mengkopi, memotong dan mengurutkan hasil rekaman  data seismik dengan lebih cepat dan praktis.

9. TopoSeis Bixend adalah perangkat lunak yang memiliki kapabilitas untuk melakukan kontrol kualitas, pengolahan, serta visualisasi data topografi survei seismik darat dari pengukuran titik kontrol, titik tembak, dan titik rekam. Perangkat lunak ini mengintegrasikan proses akusisi data lapangan, pengolahan data, dan penyajian hasil dalam satu sistem, yang selama ini dilakukan secara terpisah pada perangkat lunak sejenis yang ada. Keunggulan lain adalah penggunaan database untuk menyimpan data ukuran dan data hasil hitungan. Perangkat lunak ini juga dilengkapi uji statistik untuk mengetahui kualitas data hasil ukuran maupun untuk mendeteksi kesalahan besar yang terjadi pada data ukur. Fasilitas ini dirancang untuk dapat mendukung seluruh kegiatan pemetaan di operasional hulu Pertamina.

10. Knowledge Management Hulu, adalah sistem berbasis web yang merangkum semua pengetahuan (knowledge) di bidang hulu, yang bertujuan untuk mempercepat pencapaian sasaran perusahaan melalui integrasi manusia, proses, dan teknologi. Manfaat Knowledge Management antara lain adalah untuk menghindari melakukan kesalahan yang sama, mampu mengulang kesuksesan dan mempertahankannya, mempersingkat siklus belajar, membuat keputusan berdasar pengetahuan yang mendalam dan mengelola aset pengetahuan perusahaan.

sumber : 

http://www.pertamina.com/company-profile/visi-dan-misi/

http://www3.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/3617-pt-pertamina-luncurkan-10-perangkat-lunak-bisnis-hulu-migas.html
Baca selengkapnya

Sabtu, 30 September 2017

Teknologi Sistem Cerdas

   



   A.     Definisi Pengantar Teknologi Sistem Cerdas

Pengantar Teknologi Sistem Cerdas merupakan salah satu cabang Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pemanfaatan mesin untuk memecahkan suatu masalah yang rumit dengan cara yang lebih manusiawi. Pengantar Teknologi Sistem Cerdas adalah serangkaian system yang di bangun manusia untuk memudahkan pekerjaan manusia dengan mengandalkan mesin atau sebuah program yang terkomputerisasi. atau biasa disebut dengan kecerdasan buatan atau kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah atau kecerdasan entitas ilmiah. Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan antara lain sistem pakar, permainan komputer (games), logika fuzzy, jaringan syaraf tiruan dan robotika.
    
   B.     Sejarah Teknologi  Sistem Cerdas

Artikel ilmiah yang pertama tentang Kecerdasan Buatan ditulis oleh Alan Turing pada tahun 1950, dan kelompok riset pertama dibentuk tahun 1954 di Carnegie Mellon University oleh  Allen Newell and  Herbert Simon. Namun bidang Kecerdasan Buatan baru  dianggap sebagai  bidang  tersendiri di  konferensi  Dartmouth tahun 1956, dimana 10 peneliti muda memimpikan mempergunakan komputer untuk memodelkan bagaimana  cara berfikir manusia. Hipotesis   mereka   adalah "Mekanisme berfikir   manusia   dapat   secara   tepat dimodelkan dan disimulasikan pada komputer  digital",  dan  ini yang  menjadi  landasan dasar Kecerdasan Buatan.

    C.      Contoh Penerapan Teknologi Sistem Cerdas di Kehidupan Sehari-hari


Contoh dari sistem cerdas yang diterapkan saat ini dan sering digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehar-hari adalah Smart Card. 

Dan yang biasa digunakan adalah ATM, Credit Card dan Uang elektronik, ketiganya ini menggunakan teknologi sistem cerdas, memakai sebuah kartu untuk melakukan transaksi secara langsung atau tidak langsung, yang sengat memudahkan manusia untuk berbelanja.

Smart Card Sendiri secara bahasa berarti kartu pintar. Mengapa ia disebut pintar? karena ia memiliki mikroprosesor yang dapat melakukan perhitungan, fungsi logika dan sebagainya seperti layaknya prosesor pada komputer / laptop Anda.

Dalam buku Smart Card Handbook, dijelaskan sedikit sejarah tentang smart card. Pada awalnya, smart card tidak sepintar sekarang (tidak ada mikroprosesor). Smart card hanyalah sebuah kartu dengan nama pemiliknya. Digunakan sebagai alat pembayaran yang berdasarkan atas kepercayaan dan status pemilik kartu tersebut. Kartu ‘pintar’ ini pertama kali digunakan di Diners Club pada tahun 1950. 

Sebagai alat penyimpan data, kartu ini menyimpan nama pemiliknya. Waktu berganti, kemudian muncul berbagai tambahan seperti nama pemilik yang diembos (timbul), tanda tangan pemilik yang tujuannya adalah menghindari pemalsuan kartu. Semakin lama, hal ini kurang efektif untuk menjaga keamanan kartu. Selain itu, perkembangan teknologi membutuhkan kartu agar dapat dibaca dan diproses menggunakan komputer. Perkembangan pertama yang cukup revolusioner adalah magnetic stripe pada bagian belakang kartu.

Magnetic stripe dapat menyimpan data seperti nama pemilik, nomor kartu dan lain halnya sehingga komputer dapat melakukan pemrosesan data pada smart card. Untuk lebih jelas tentang magnetic stripe dapat membaca tulisan saya Magnetic Stripe Si Hitam Manis.

Walaupun inovasi magnetic stripe cukup revolusioner, tapi tetap saja teknologi ini dapat dikelabui juga oleh oknum yang tidak bertanggung jawab (baca : kalau mereka bertanggung jawab, mereka pasti laporan ke pihak berwajib). Hingga akhirnya, inovasi yang dirasa cukup kuat untuk menjaga keamanan kartu muncul. Inovasi tersebut adalah menggunakan mikroprosesor beserta dua saudara kembar RAM – ROM dan Flash.

Mikroprosesor dapat ‘berpikir’ dan melakukan analisis serta perhitungan. Ia dapat menolak atau menerima perintah yang diberikan kepadanya sehingga penyalahgunaan kartu dapat dihindari. Itulah mengapa smart card menggunakan mikroprosesor (baca: bahasa kerennya chip).



Sumber :

Baca selengkapnya

Selasa, 20 Juni 2017

Artikel Service Level Agreement (SLA) dan Operational Level Agreement (OLA)

Artikel Service Level Agreement (SLA) dan Operational Level Agreement (OLA)


Saat ini Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi bagian penting untuk sebuah perusahaan/industri dalam menjalankan bisnisnya. Hampir semua sektor industri bisnis telah menerapkan TI seperti pada bagian produksi, pemasaran, keuangan dan lain sebagainya. Terlebih lagi pada zaman modern ini perkembangan TI sudah berkembang sangat pesat. Hal tersebut tentunya merupakan suatu peluang yang sangat bagus bagi sebuah perusahaan untuk memberikan pelayanan yang lebih kepada para customernya, yang tentu saja hal tersebut dapat menguntungkan kedua belah pihak.

Didalam TI terdapat ITSM (Information Technology Service Management) atau yang sering disebut sebagai Arsitektur Operasional. ITSM adalah sebuah petunjuk/panduan proses-proses yang dijalankan untuk pengelolaan Teknologi Informasi bagi sebuah institusi/organisasi sehingga tujuan dari penerapan TI nya dapat dicapai secara efisien dan efektif. Service Management adalah layanan-layanan TI (IT services) kepada pelanggan (customer/user) yang berfokus terhadap berbagai perspektif dari pelanggan dengan menggunakan pendekatan atau metodologi yang berorientasi kepada konsistensi proses-proses yang dijalankan.

Sasaran dari Service Management adalah :
Menyelaraskan layanan-layanan TI nya sedemikian sehingga akan selalu memenuhi kebutuhan bisnis / organisasi dimana akan selalu berubah.
Menyediakan peningkatan kualitas dari layanan-layanan TI nya.
Secara jangka panjang menyediakan pengurangan biaya yang cukup berarti namun dengan peningkatan kualitasnya atas layanan-layanan TI nya.
Secara best practice unit organisasi TI di sebuah institusi bertanggung jawab terhadap pengelolaan TI dan menyediakan layanan-layanan TI baik kepada pengguna internal di institusinya dan kepada pelanggan (pihak eksternal) yang diwakili oleh atau disebut unit organisasi bisnis. Dalam memenuhi layanan TI nya, unit organisasi TI dimungkinkan memperoleh dukungan dari pihak lain diluar institusinya yang disebut provider dan atausuplier Teknologi Informasi.

Dalam memenuhi layanan TI nya kepada unit organisasi bisnis, ITSM menyarankan adanya Service Level Management (SLM) yang meliputi : Service Level Agreement (SLA), Underpinning Contract (UC), Operational Level Agreement (OLA). Pada artikel ini hanya akan menjelaskan mengenai SLA dan OLA saja.

Tujuan dari SLM adalah:
untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang efektif dan produktif dengan pelanggan;
untuk menentukan dan menyepakati dengan pelanggan tingkat yang diperlukan dari layanan teknologi informasi dalam cara yang memahami pelanggan;
mengelola pelaksanaan layanan untuk memastikan disepakati tingkatan yang dicapai dan pelanggan yang merasa bahagia dengan apa yang mereka terima;
untuk memastikan sistem yang terus-menerus untuk memperbaiki tingkat pelayanan jika organisasi menginginkannya dan biaya dibenarkan dan terjangkau.
Service Level Agreement (SLA)
SLA adalah sebuah perjanjian antara penyedia produk/layanan dengan customers guna mengidentifikasi layanan apa saja yang akan di berikan oleh penyedia layanan dan menentukan standar kinerja yang wajib dipenuhi oleh peyedia layanan dalam jangka waktu tertentu.
Contoh kecil dari SLA yaitu saat memesan makan di sebuah restoran. Seorang pelayan akan mengatakan bahwa pesanan yang di pesan akan tersaji dalam waktu sekian menit. Waktu yang disebutkan oleh pelayan tersebut adalah SLA yang di janjikan oleh restoran kepada pelanggan.
SLA digunakan untuk berbagai layanan yang di tentukan antara unit organisasi TI dengan unit organisasi bisnis.

Antara pihak penyedia (supplier) dan pihak pelanggan (costumer) pastinya memiliki harapan yang berbeda.Harapan pelanggan menginginkan produk/layanan tersedia dengan cepat, namun dari pihak penyedia memerlukan waktu proses untuk menyediakan produk/layanan yang dibutuhkan tersebut. Perbedaan harapan inilah yang perlu dikomunikasikan agar tidak terjadi konflik. Di sinilah diperlukan SLA untuk menjembatani perbedaan harapan, mendefinisikan kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pihak sekaligus menjadi alat ukur efektifitas penyediaan produk/layanan oleh supplier.

Operational Level Agreement (OLA)
OLA adalah perjanjian yang menentukan bagaimana berbagai kelompok TI dalam suatu perusahaan berencana memberikan layanan atau rangkaian layanan. OLA dirancang untuk mengatasi dan memecahkan masalah TI dengan menetapkan seperangkat kriteria tertentu dan menentukan rangkaian layanan TI tertentu yang dimana masing-masing departemen akan diberi tanggung jawab untuk memecahkan masalah tersebut. Lingkup layanan yang di berikan OLA hanya didalam unit organisasi TI itu sendiri.


Gambar 1. Hubungan Supplier, Unit Organisasi TI, Unit Organisasi Bisnis
Contoh kasus
Widyaiswara memerlukan Jadwal Tatap Muka selama satu bulan dari Bidang Penyelenggaraan karena Widyaiswara membutuhkan waktu persiapan untuk membuat atau menyempurnakan Bahan Ajar, Bahan Tayang dan Soal. Yang menjadi Supplier adalah Bidang Perencanaan dan Pengembangan (Renbang) dengan input berupa Rekomendasi Pengajar. Selanjutnya terdapat proses menyusun jadwal selama satu bulan dan mengkonfirmasikannya dengan pengajar. Output yang dihasilkan dari proses ini adalah Jadwal Tatap Muka Satu Bulan sebagaimana permintaan Widyaiswara sebagai Costumernya.

Untuk memenuhi permintaan Widyaiswara tersebut, Bidang Penyelenggaraan membutuhkan input dari Bidang Renbang berupa Rekomendasi Pengajar, dengan harapan dapat diterima dalam jangka waktu tertentu. Di sisis lain, Bidang Renbang pun membutuhkan input lain dan waktu proses untuk membuatnya.

Hal ini lah yang mengakibatkan harapan Widyaiswara untuk mendapatkan Jadwal Tatap Muka Satu Bulan dalam jangka waktu tertentu belum tentu dapat dipenuhi oleh Bidang Penyelenggaraan karena terkait juga dengan beberapa proses di bidang-bidang lainnya.

Waktu proses untuk menghasilkan Jadwal Tatap Muka Satu Bulan inilah yang nantinya dinegosiasikan dan disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat. Begitu seterusnya untuk produk/layanan lainnya, sehingga dengan adanya kesepakatan ini tidak menimbulkan friksi atau konflik yang mengakibatkan terganggunya proses dalam oganisasi secara keseluruhan.

Sumber
http://searchitchannel.techtarget.com/definition/service-level-agreement
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/12530-mengenal-lebih-dekat-sla-service-level-agreement
http://aryonurutomo.blogspot.co.id/2011/03/it-infrastructure-library-it-service.html
http://whatis.techtarget.com/definition/operational-level-agreement-OLA

http://annisanlestari.blogspot.co.id/2016/06/service-level-managementmanajemen_24.html
Baca selengkapnya

Jumat, 19 Mei 2017

Perbandingan Framework Manajemen Layanan Sistem Informasi

Kerangka Kerja (Framework) Manajemen Layanan Sistem Informasi


1. Information Technology Infrastructure Library (ITIL)


 
ITIL atau Information Technology Infrastructure Library adalah suatu rangkaian dengan konsep dan teknik pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta operasi Teknologi Informasi (TI). ITIL diterbitkan dalam suatu rangkaian buku yang masing-masing membahas suatu topik pengelolaan TI. Nama ITIL dan IT Infrastructure Library merupakan merek dagang terdaftar dari Office of Government Commerce (OGC) Britania Raya.

2. Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT)

 

Control Objective for Information and related Technology (COBIT), adalah suatu panduan standar praktik manajemen teknologi informasi. Standar COBIT dikeluarkan oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA. COBIT 4.1 merupakan versi terbaru.

COBIT memiliki 4 cakupan domain, yaitu :
- Perencanaan dan Organisasi (plan and organise)
- Pengadaan dan Implementasi (acquire and implement)
- Pengantaran dan Dukungan (deliver and support)
- Pengawasan dan Evaluasi (monitor and evaluate)

Maksud utama COBIT ialah menyediakan kebijakan yang jelas dan good practice untuk IT governance, membantu manajemen senior dalam memahami dan mengelola risiko-risiko yang berhubungan dengan IT.
COBIT menyediakan kerangka IT governance dan petunjuk control objective yang detail untuk manajemen, pemilik proses bisnis, user dan auditor.


3. Software Maintenance Maturity Model

Maturity Model adalah suatu metode untuk mengukur level pengembangan manajemen proses, yang berarti adalah mengukur sejauh mana kapabilitas manajemen tersebut. Seberapa bagusnya pengembangan atau kapabilitas manajemen tergantung pada tercapainya tujuan-tujuan COBIT.

Sebagai contoh adalah ada beberapa proses dan sistem kritikal yang membutuhkan manajemen keamanan yang lebih ketat dibanding proses dan sistem lain yang tidak begitu kritikal. Di sisi lain, derajat dan kepuasan pengendalian yang dibutuhkan untuk diaplikasikan pada suatu proses adalah didorong pada selera resiko Enterprise dan kebutuhan kepatuhan yang diterapkan.

Secara umum, maturity model biasanya memiliki ciri sebagai berikut:
1. Proses pengembangan dari suatu organisasi disederhanakan dan dideskripsikan dalam wujud tingkatan kematangan dalam jumlah tertentu (biasanya empat hingga enam tingkatan).
2. Tingkatan kematangan tersebut dicirikan dengan beberapa persyaratan tertentu yang harus diraih.
3. Tingkatan - tingkatan yang ada disusun secara sekuensial, mulai dari tingkat inisial sampai pada tingkat akhiran (tingkat terakhir merupakan tingkat kesempurnaan).
4. Selama pengembangan, sang entitas bergerak maju dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya tanpa boleh melewati salah satunya, melainkan secara bertahap berurutan.


4. PRM-IT IBM's Process Reference Model for IT


5. Application Services Library (ASL)

 

Aplikasi Layanan Perpustakaan (ASL) adalah kerangka kerja domain publik dari praktik terbaik yang digunakan untuk standarisasi proses dalam aplikasi manajemen, disiplin memproduksi dan memelihara sistem informasi dan aplikasi. Istilah “perpustakaan” digunakan karena ASL disajikan sebagai satu set buku yang menggambarkan praktek-praktek terbaik dari industri TI. Hal ini dijelaskan dalam beberapa buku dan artikel (banyak dari mereka hanya tersedia dalam bahasa Belanda) dan di situs resmi ASL BiSL Foundation.


6. Business Information Services Library (BISL)

 O

BiSL adalah standar domain publik sejak tahun 2005, diatur oleh Lembaga ASL BiSL (sebelumnya Lembaga ASL). Kerangka kerja ini menggambarkan standar untuk proses dalam manajemen informasi bisnis di strategi, manajemen dan operasi tingkat. BiSL berkaitan erat dengan kerangka ITIL dan ASL, namun perbedaan utama antara kerangka kerja ini adalah bahwa ITIL dan ASL fokus pada pasokan sisi informasi (tujuan organisasi TI), sedangkan BiSL berfokus pada sisi permintaan (yang timbul dari organisasi pengguna akhir).


7. Microsoft Operations Framework (MOF)

Microsoft Operations Framework (MOF) 4.0 adalah serangkaian panduan yang bertujuan membantu Teknologi Informasi (TI) profesional menetapkan dan menerapkan layanan yang handal dan hemat biaya.
 

8. eSourcing Capability Model for Service Providers (eSCM-SP) dan eSourcing Capability
Model for Client Organizations (eSCM-CL) dari ITSqc for Sourcing Management

eSourcing Capability Model  for Service Providers (eSCM-SP) adalah suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh ITSqc di Carnegie Mellon University. eSCM-SP adalah “praktik terbaik” model kemampuan dengan tiga tujuan :
·         Untuk memberikan penyedia layanan bimbingan yang akan membantu mereka meningkatkan kemampuan mereka di seluruh sourcing siklus hidup.
·         Untuk menyediakan klien dengan cara yang obyektif mengevaluasi kemampuan penyedia layanan.

·         Untuk menawarkan penyedia layanan standar yang digunakan saat membedakan diri dari pesaing



Nama : Mohamad Pascal Dwi K
NPM  : 14115263
Kelas  : 2KA30
Baca selengkapnya

Kamis, 20 April 2017

Review Jurnal Manajemen Layanan SI - SI dan Total Quality Management




Judul: Peran Sistem Informasi dalam Implementasi Total Quality Management
Penulis: Ahmad Zakaria Siam, Khalid Alkhateeb dan Sami Alnagement-Waqqad






A. Latar Belakang

Dalam suatu organisasi pada masa kini, keberadaan teknologi informasi (TI) sudah menjadi sesuatu yang sangat wajib untuk dipahami dan dikuasai oleh siapapun yang menjadi anggota dari organisasi tersebut. Hal ini dikarenakan TI memudahkan siapapun untuk melakukan manajemen dari seluruh aktivitas yang dilakukan di dalam organisasi tersebut secara lebih cepat, tepat sasaran, sistematis, dapat dipertanggungjawabkan dan fleksibel, sehingga ini memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja yang dapat mendukung tercapainya tujuan dari organisasi tersebut. Salah satu solusi berbasis TI yang tepat untuk ini adalah dengan mengimplementasikan penggunaan perangkat lunak sistem informasi (SI) manajemen pada seluruh tingkat organisasi.

Sementara itu, Total Quality Management (TQM) merupakan metode manajemen yang mengedepankan kualitas sebagai bagian terpenting dari seluruh proses dalam suatu organisasi. Metode TQM ini menuntut seluruh partisipan dalam organisasi tersebut untuk bekerja secara maksimal, yang dimana tujuan utama dari metode ini sendiri yaitu memberikan kepuasan kepada konsumen, yang pada akhirnya akan berujung kepada kesuksesan dari organisasi tersebut, serta menguntungkan seluruh anggota organisasi maupun masyarakat yang ada di sekitarnya.

Dalam jurnal yang akan dibahas pada kesempatan kali ini, penulis dari jurnal tersebut membahas tentang bagaimana peran SI dalam penerapan metode TQM di organisasi, yang dimana objek penelitian yang dipergunakan yaitu manajer departemen operasional dari perusahaan-perusahaan berbeda yang beroperasi di Sohar Industrial State di negara Oman.

B. Masalah

Pada jurnal ini, masalah yang diangkat adalah bagaimana SI dapat menunjukkan perannya dalam memberi bantuan dan dukungan terhadap proses dari TQM yang diterapkan di berbagai perusahaan yang beroperasi di Sohar Industrial State. Hal ini dikarenakan pada saat penelitian dilakukan perusahaan yang menjadi objek penelitian telah atau sedang melakukan penerapan SI dalam mendukung penerapan TQM. Untuk itu, penelitian ini ditujukan untuk mengukur efektivitas dari SI pada TQM di perusahaan yang menerapkan metode manajemen tersebut.

C. Hasil

Hasil yang didapat dari penelitian pada jurnal yang dibahas kali ini yaitu SI memudahkan penerapan TQM dalam hal manajemen hal-hal yang berkaitan dengan informasi dan analisa, penjaminan kualitas output, kepuasan pelanggan, perencanaan berbasis strategi dan kepemimpinan. Meskipun dalam jurnal ini dinyatakan bahwa penggunaan SI sebagai alat bantu dukungan terhadap dimensi hasil kualitas dan penjaminan kualitas pada penelitian ini tidak terlalu berefek besar, namun berdasarkan penelitian ini pula penulis dari jurnal menyatakan bahwa SI dapat membantu suatu perusahaan untuk meningkatkan kualitas dari produk atau layanan yang ditawarkan mereka.

Adapun yang dapat dijadikan sebagai sasaran dari SI untuk penerapan TQM berdasarkan hasil yang dikemukakan pada jurnal ini di antaranya yaitu:

1. Memodifikasi proses kerja untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk
2. Menjamin kelancaran aliran informasi serta hasil dari beragam analisa yang dibutuhkan untuk peningkatan kualitas manajemen maupun produktivitas lrrja
3. Membantu staf untuk mengembangkan dan merawat basis data yang berisi seluruh informasi yang terkait dengan pegawai, perusahaan, pemasok, pelanggan, dan sebagainya
D. Komentar

Berdasarkan hasil review dari jurnal ini, penulis dari review ini (selaku pemilik dari blog) ingin menyampaikan komentar tentang keunggulan dan kekurangan yang didapat dari jurnal:

1. Keunggulan - jurnal ini memiliki keunggulan berupa pembahasan yang mendalam tentang metode TQM dan SI berikut dengan hubungan antara keduanya. Selain itu, alur dari pembahasannya (berikut dengan data yang dipergunakan untuk melakukan penelitian tersebut) dibuat dengan mengikuti fakta-fakta yang ada pada saat penelitian dilakukan, dan hasil yang didapat dari penelitian ini bersifat empiris alias dapat mewakili apa yang terjadi di lapangan secara baik. Alhasil jurnal ini dapat membuktikan beberapa studi kasus yang dilakukan pada periode sebelum penelitian yang menghasilkan jurnal ini dilakukan.

2. Kekurangan - meskipun pembahasan tentang metode TQM dan SI berikut dengan hubungan antara keduanya di bagian pengenalan cukup mendalam, namun pada bagian ini pula ditemukan kekurangan paling utama dari jurnal ini, yaitu pembahasan dimensi dari studi yang terlalu panjang. Jika ada sebagian poin pembahasan metode TQM dan SI yang dipindahkan ke bagian pembahasan hasil penelitian, maka pembaca dari jurnal ini dapat membandingkan antara apa yang diprediksi (teori) oleh penulis dengan apa yang didapatkan (praktik) dari lapangan secara lebih baik.

=========================================================================

Sumber:

1. Jurnal

http://thescipub.com/PDF/ajassp.2012.666.672.pdf

Baca selengkapnya